istri tercinta ku

my live my world

Hidup itu realita....

hidup itu bukan fiktif

hidup itu hanya sekali

hidup itu mewarnai

hidup itu bermanfaat

hidup itu penuh tantangan

jadi gunakan nya hidup mu sebelum punyamu tidak hidup lagi...

Jumat, 30 Agustus 2013

perlakuan PHT Hama trips


TUGAS ILMU HAMA TANAMAN
Nama         : Ryan Raynaldo S
Nim            : D1a009081
Prodi          : Hama Penyakit Tanaman (HPT)


Perlakuan PHT hama Trips (Trips pavispinnus Karny) pada tanaman cabai (Capsicum annuum L.)

                Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia. Cabai sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan sebagiannya untuk ekspor dalam bentuk kering, saus, tepung dan lainnya.
            Hama thrips (Thrips Sp.) sudah tidak asing lagi bagi para petani cabe. Menurut beberapa sumber, thrips yang menyerang cabe tergolong sebagai pemangsa segala jenis tanaman, jadi serangan pada tanaman cabe hanya salah satunya saja. Dengan panjang tubuh sekitar + 1 mm, serangga ini tergolong sangat kecil namun masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Thrips biasanya menyerang bagian daun muda dan bunga.


Bioekologi  hama Trips (Trips pavispinnus Karny)

Kingdom          : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Kelas                : Insecta
Ordo                : Thysanoptera
Famili              : Thripidae
Genus             : Thrips
Spesies            : Thrips parvispinus Karny




Thrips mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
1. Serangga dewasa berukuran kecil, panjang 0,8 mm – 0,9 mm, berwaran kuning cokelat kehitam
2. Hama ini berkembang biak secara tak kawin (partenogenesis)
3. Telur berbentuk oval atau seperti ginjal, diletakkan di dalam jaringan daun.
4. Nimfa berwarna putih dan sangat aktif, terdiri atas dua instar, yang diikuti dengan periode per pupa                                                  
5. Pupa dibentuk di dalam tanah, kemudian menjadi serangga dewasa.
6. Daur hidup berkisar antara 7 – 12 hari di dataran rendah, dan berkembang pesat populasinya pada

Thrips betina meletakkan telurnya secara tunggal di dalam jaringan tanaman inang. Setelah kira-kira tiga hari, telur menetas (sering terjadi pada pagi hari) dan muncul larva instar satu, satu hingga dua hari kemudian menjadi larva instar dua. Stadia ini berakhir antara 2-4 hari dan pada akhirnya larva ini tidak makan sama sekali. Larva yang tidak makan ini akan meninggalkan tanaman dan pergi bersembunyi ke dalam tanah sehingga muncul instar tiga (stadia prepupa), 1-2 hari kemudian menjadi instar keempat. Setelah 2-3 hari, larva tersebut muncul sayap dan kembali makan.
Bila kondisi menguntungkan dan makanan cukup tersedia, makaseekor trips betina mampu meletakkan telur 200–250 butir. Telur berukuran sangat kecil, biasanya diletakkan di jaringan muda daun, tangkai kuncup dan buah. Telur menetas menjadi nimfa 6–8 hari setelah diletakkan.
Nimfa trips instar pertama berbentuk seperti kumparan, berwarna putih jernih
dan mempunyai 2 mata yang sangat jelas berwarna merah, aktif bergerak memakan
jaringan tanaman. Sebelum memasuki instar kedua warnanya berubah menjadi kuning kehijauan, berukuran 0,4 mm, kemudian berganti kulit.
Pada instar kedua ini trips aktif bergerak mencari tempat yang terlindung,
biasanya dekat urat daun atau pada lekukan-lekukan di permukaan bawah daun. Trips
instar ke dua berwarna lebih kuning, panjang 0,9 mm dan aktifitas makannya
meningkat. Pada akhir instar ini, trips biasanya mencari tempat di tanah atau timbunan
jerami di bawah kanopi tanaman.
Pada stadium prapupa maupun pupa, ukuran trips lebih pendek dan muncul 2
pasang sayap dan antena, aktifitas makan berangsur berhenti. Setelah dewasa, sayap
bertambah panjang sehingga melebihi panjang perutnya. Ukuran trips betina 0,7–0,9
mm, trips jantan lebih pendek.
Dalam satu tahun terdapat 8–12 generasi. Pada musim kemarau,
perkembangan telur sampai dewasa 13–15 hari dan stadium dewasa berkisar 15–20
hari. bila suhu di sekitar tanaman meningkat, maka trips akan berkembang sangat
cepat.


Gejala serangan yang ditimbulkan hama thrips adalah sebagai berikut :
1. Mula – mula daun muda yang terserang bernoda keperak – perakan secara tidak beraturan, akibat adanya luka bekas serangan thrips.
2. Selanjutnya, noda – noda keperak – perakan berubah menjadi cokelat tembaga.
3. Serangan berat dapat menyebabkan daun – daun mengeriting ke atas
.


Pengendalian hama thrips, dapat dilakukan dengan menempuh cara sebagai berikut :

1. Secara kultur teknis, dengan mempraktekkan penyiapan bedengan bermulsa plastik hitam
perak,mengatur pergiliran (rotasi) tanaman yang bukan sefamili, dan mengatur waktu tanam yang baik (tepat).
2. Secara biologi (hayati) dengan memanfaatkan musuh – musuh alami hama thrips, yaitu kumbang Coccinellidae, tungau predator, kepik Anthocoridae, dan kumbang Staphulinidae.
3. Memasang perangkap perekat hama, misalnya dengan menggunakan Insect Adhesif Trap Paper (IATP) berwarna kuning.
4. Monitoring hama untuk menentukan Ambang Kendali. Sebagai indikator, pada saat ditemukan 10 nimfa/ daun atau kerusakan tanaman mencapai 15 %, perlu dilakukan penyemprotan insektisida.
5. Secara kimawi, dengan penyemprotan insektisida secara selektif, misalnya Mesurol 50 WP, Pegasusu 500 SC atau Perfekthion 400 EC, pada waktu sore hari.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar